ilmuini memang sekarang tergolong langka, jarang sekali ada seorang guru yang mau mengajarkan ilmu ini kepada khalayak umum. selain juga sedikit orang yang memiliki kelebihan ilmu ini. saking langkanya ilmu ini maka banyak orang mencari dan akhirnya tersesat. semula mengira bahwa ia akan mengajarkan ilmu hakikat makrifat ternyata mengajarkan NamaTarekat Syattariyah sering dihubungkan dengan seorang ulama yang mempopulerkan tarekat ini di India, yakni Syâh Abd Allâh al-Syattârî (w. 890 H/1485 M). Dalam Tarekat Khalwatiyah dikenal adanya sebuah amalan yang disebut Al-Asma’ As-Sab’ah (tujuh nama). Thariqah Mu’tabarah Al-Akmaliyah. Thariqah Al-Mu’tabarah Al Topik Tarekat Akmaliyah. Huru-hara Tarekat Akmaliyah di Banyumas. Saeful Huda-Sabtu, 12 Februari 2022 | 13:09 0 - Advertisement - Upacrakeagamaan bisa berupa baiat, ijarah atau khirqah, silsilah, latihan-latihan, amalan-amalan tarekat, talqin, wasiat yang diberikan dan dialihkan seorang syaikh tarekat kepada murid-muridnya (Abu Bakar dalam Sri Mulyati,2004: 9). HUBUNGAN TAREKAT DENGAN TASAWUF. Didalam ilmu tasawuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan kepada aturan Secaraumum amalan zikir (wirid) dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. TatacaraAmalan Zikir Makrifat ZIKIR MAKRIFAT. Bagaimana cara berdzikir kepada Allah SWT sehingga kita siap untuk bertemu dengan-NYA? Zikir ini dibaca setiap hari sebanyak 33 kali, setelah sholat fardhu, terutama setelah sholat Isya. 4. Membaca zikir HUWA, HUWA. Zikir ini disebut sebagai zikir GHAIB AL GHAIB. . - Amalan ini diberi nama Dzikir Tarekat Sammaniyah. Ijazah ini diberikan langsung oleh Abah Guru Sekumpul. dimana manfaat membaca dzikir ini yaitu agar dapat mati dalam keadaan Husnul Khotimah dan masuk surga tanpa hisab. Berikut penjelasannya Zikir yang di amalkan/di baca setiap habis subuh/pagi hari dan kalo bisa pagi dan sore harii...jika sore hari tidak bisa maka pagi saja tidak apa apa.$ads={1}Amalan supaya mati husnul khotimah, dan masuk surga tanpa hisabYaituلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ lailahaillallah 166xاللهAllah 66XهُHuu 77X"Banyak sudah terbukti mati husnul khotimah, kan nyaman kalo udah di kubur kaga di siksa, kemudian apabila membuka mata di kubur, langsung ada di surga, kaga tau padang masyar, kaga tau di hisab,Kaga tau di timbang, kaga tau sirotol mustaqim."Ujar Abah Guru SekumpulBaca Juga Amalan Agar Bermimpi Rasulullah dan Sayyidah FatimahMari sama sama kita amalkan dengan seksama,dengan istoqomah semoga dengan berkah karomah abah guru sekumpul martapura kita mendapatkan ridho Allah ampunan dosa,Selamat dunia akhirat,Mendapat syafaat rasulullahﷺ di hari kiamat kelak,mati husnul khotimah, serta bisa masuk surga tanpa hisabAamiin......Demikian Artikel " Ijazah Dzikir Tarekat Sammaniyah oleh Abah Guru Sekumpul "Semoga BermanfaatWallahu a'lam BishowabAllahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah - - Inilah Amalan - amalan yang Bisa dilakukan umat muslim di Hari Tasyrik, Salah satunya perbanyak dzikir Puasa sunah yang dianjurkan adalah Puasa Arafah dan Tarwiyah. Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang dilaksanakan pada 8 Dzulhijah atau tahun ini jatuh pada 29 Juli 2020. Sementara puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijah atau 30 Juli 2020. Namun ada pula hari dilarang berpuasa atau haram berpuasa yakni Hari Tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari yang istimewa di mana umat muslim dilarang untuk berpuasa namun dianjurkan memperbanyak amalan seperti baca doa dan dzikir. Hari Tasyrik sendiri jatuh pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah setelah Idul Adha atau di tahun ini jatuh pada 11 1 Agustus 2020 hingga 3 Agustus 2020. Di Hari Tasyrik ada keistimewaan di dalamnya. Karena dijadikan Allah sebagai hari yang istimewa, maka Hari Tasyrik menjadi waktu yang istimewa untuk banyak berzikir dan berdoa. • Anita Kolopaking Buka Suara Setelah Diperiksa Kejaksaan Agung, Ini Pengakuan Pengacara Djoko Tjandra • Anies Baswedan Bocorkan Titik Paling Rawan Virus Corona di Jakarta, Bukan Pasar dan Tempat Hiburan • Terkuak Rekaman Detik-detik Polisi Pangkat Kombes Diduga Aniaya Keluarga Demi Wanita Lain dan Profil Mengacu hadits dari Abdullah bin Qath ra, Nambi Muhammad SAW bersabda "Hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari qurban Idul Adha kemudian hari al-qarr," HR. Abu Daud 1765, Ibnu Khuzaimah 2866. Yang dimaksud dengan hari 'al-qarr' adalah tanggal 11 Dzulhijjah, yang merupakan hari kedua setelah idul kurban. Keistimewaan lain hari tasyrik adalah adanya larangan berpuasa bagi seluruh umat Islam. Larangan ini muncul karena hari ini merupakan hari makan dan minum. Dalam hadits disebutkan, أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ Tarekat Syekh Siti Jenar/Sunan Kajenar Bagi syekh siti jenar, bentuk lafadz istighfar, shalawat,tasbih,tahlil dan semacamnya sebenarnya lafadz-lafadz yang menuntun manusia untuk menempuh jalan menuju kemanunggalan. sehingga kalimat-kalimat tersebut tidaklah cukup hanya dijadikan ucapan penghias bibir belaka. kalimat-kalimat tersebut hakikatnya adalah urat nadi perjalanan rohani manusia, yang dapat menyelami kedalam samudera ma’rifat untuk mengenal dan mendekatinya, kemudian menghampirinya untuk manunggal dalam keabadian. sehingga matra-matra dari kalimat itu akan tetap terbawa dalam kesadaran kematian. saat nyawa kehidupan lepas dari tubuh, kesadaranya tetap mengiringinya dengan senyum menuju anda berhasrat kuat untuk mengikuti jalan kami maka yang wajib anda sadari pertama-tama adalah kenyataan yang terkait dengan cara/thariq kami yang berbeda pada umumya yang dianut manusia. maksudnya, tarekat yang kami anut tidak mengenal adanya pir atau mursyid. karena yang disebut pir atau mursyid, menurut cara kami berada dalam diri manusia keberadaan guru hanya terbatas sebagai petunjuk untuk menuntun langkah awal seorang salik dalam guru penjelasan ini hendaknya anda pahami bahwa pada cara kami tidak mengenal adanya wasilah maupun rabithah yang berwujud manusia. satu-satunya wasilah dan rabhitah adalah nur muhammad, yang ada didalam diri manusia. lewat nur muhammad itulah manusia akan tercapai sumber segala sumber. Anda boleh menamai cara ini sesuka hati anda, namun hendaknya anda ketahui bahwa Nabi Muhammad al-Musthafa SAW telah mewariskan dua cara kepada yang pertama adalah tarekat Al-akmaliyah yang diwariskan lewat hadrat Ali bin Abu Thalib. tarekat yang akan anda pelajari dari syekh siti jenar adalah tarekat al akmaliyah. “sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya bahwa pertama-tama tarekat al akmaliyah tidak mengenal pir atau mursyid dalam wujud manusia karena pada hakikatnya sudah ada pada diri tiap pir atau mursyid didalam diri manusia itulah yang disebut nur muhammad, yang akan menjadi penuntun sang salik di dalam menuju dia. karena itu, tarekat al-akmaliyah tidak mengenal wasilah dan rabithah dalam bentuk manusia. Wasilah dan rabithah dalam tarekat al-akmaliyah tidak dikenal adanya silsilah pir atau mursyid berdasar asas para salik yang berjalan melewati tarekat al-akmaliyah wajib berkeyakinan bahwa segala sesuatu termasuk tarekat ini adalah milik Allah. itu berarti, keberadaan tarekat beserta seluruh pengikutnya adalah semata-mata karena kehendak Allah. dengan demikian, para pengikut tarekat ini hendaknya tidak membanggakan diri sebagai pendiri atau penguasa tentu pernah mendengar kisah syaikh hussein bin mansyur al hallaj yang dihukum cincang dan mayatnya di bakar oleh al-muqtadir? dia adalah pengamal ajaran tarekat al-akmaliyah. Namun, murid-muridnya kemudian mendirikan tarekat hallajiyah. itu boleh dan sah-sah saja, walaupun akhirnya Hallajiyah tenggelam karena pengikut-pengikutnya membentuk lembaga baru dengan susunan hirarki kepemimpinan rohani atas dasar seorang manusia. sementara tarekat al-akmaliyah tetap lestaari hingga Tarekat Al-akmaliyah dan Tarekat Al-anfusiyah hakikatnya sama, hanya nama saja yang berbeda. karena, Akmaliyah berasal dari Al-kamal, yakni pengejawentahan dari al-kamal yang dibentuk oleh al-jalal dan itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan ruh al-haqq dimana tersembunyi al-haqq. Al-kamal atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan al-kamil. Sementara itu, Anfusiyah berasal dari al-anfus, an-nafs al-wahidah, yakni pengejawentahan an-nafs al-illahiyyah. an-nafs al-wahidah itulah adam ma’rifat yang kepadanya ditiupkan roh-nya, yakni roh al-haqq di mana tersembunyi al-haqq. an-nafs al-wahidah atau adam ma’rifat itulah yang disebut al-insan tarekat itu benar, hanya nama dan cara-nya saja yang berbeda. justru cara itu menjadi salah dan sesat ketika sang salik menilai terlalu tinggi cara yang di ikutinya hingga menafikan cara yang lain. sebab, dengan itu sebenarnya sang salik memuliakan dan mengagungkan dan membenarkan keakuanya yang kerdil. berarti sang salik pada saat itu telah merampas hak kemuliaan, keagungan, dan kebenaran hanyalah miliknya. itulah sebabnya, dalil awal yang wajin dipatuhi oeleh seorang salik Akmaliyah adalah meyakini jalan lurus/sabil huda yang digelar oleh Allah kepada hamba-hamba yang mencarinya tidaklah tunggal/ wa al-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum yang paling penting anda pahami lagi adalah Tarekat al-akmaliyah ini hanyalah suatu cara untuk melewati jalan lurus. jadi jangan beranggapan bahwa cara ini adalah segala-galanya. artinya jangan menganggap bahwa siapa saja yang mengamalkan cara ini dan mengikuti jalan lurus yang ada di dalamnya pasti akan selamat sampai kepadanya. sebab keputusan terakhir ada di tangan-Nya juga. artinya sangat terbuka kemungkinan pengamal cara ini justru akan tersesat jalan, jika Dia menghendaki sebagai pedoman untuk melintasi jalan lurus dengan cara Akmaliyah, dapat saya jelaskan sbb pertama-tama yang harus anda pahami bahwa Allah tujuan akhir kita, adalah tidak bisa dibanding-bandingkan dengan sesuatu bentuk apapun/ laisa kamitslihi syaiun. karena itu merupakan suatu keharusan fundamental bahwa untuk menuju dia, seorang salik harus mengarahkan kiblatnya seperti daud dan sulaiman, namun kiblat hati dan pikiran tetap hanya mengarah anda sadari bahwa perjalanan menuju Dia, subhanahu wa ta’ala, bukanlah perjalanan ajaib yang langsung secara gampang dalam tempo satu hari atau satu pekan. perjalanan menuju Dia sangatlah sulit dan penuh jebakan. karena harus melampui tujuh rintangan besar, yaitu tujuh lembah kasal, tujuh gunung riya’, tujuh rimba sum;ah, tujuh samudera jub, tujuh benteng hajbun. Semua rintangan itu berjumlah tujuh, karena kita adalah makhluk yang hidup di atas permukaan bumi, Allah membentangkan tujuh lapis langit yang kokoh di atas kita / sebagaimana bumipun berlapis tujuh / 8612 dan samuderapun berlapis tujuh /Qs. Luqman 3127. bahkan neraka bertingkat tujuh /Qs. al-Hijr 1544. tidaklah anda ketahui bahwa surgapun berlapis tujuh. Tidaklah anda ketahui bahwa dalam beribadah kepada-Nya manusia telah diberi piranti tujuh ayat yang diulang-ulang dari Al-Qur’an/Qs. al-Hijr 4487 untuk berhubungan dengan-Nya?Qs. al-Hijr 1587. Tidaklah anda sadari bahwa saat anda sujud maka tujuh anggota badan anda yang menjadi tumpuan??” Namun, diantara tujuh hal yang terkait dengan alam semesta ini, yang paling penting anda sadari adalah tujuh lapis hal yang berhubungan dengan keberadaan manusia yang di beri tujuh tahap usia, yakni radhi, fathim, shabiy, ghulam, syabb, kuhl, dan syaikh; yang berkait dengan tujuh nafsu manusia, yakni musawwilah, hayawaniyah, ammarah, iwwammah, mulhamah, muthma’inah, dan wahidah. sebab dengan menyadari adanya tujuh nafsu manusia maka anda akan memahami adanya TUJUH MARTABAT yang wajib anda lampui untk menuju kepadan-Nya. dan sekali lagi ingat-ingatlah bahwa perjalan rohani bukan perjalanan ajaib yang bisa tercapai dalam waktu sendiri membutuhkan waktu lima belas tahun berkhalwat untuk mencapai tahap bertemu jibri AS di gua hira. dan perjalanan itu masih beliau laksanakan dengan tekun dan istiqomah hingga beliau mengalami isra’mi’raj menghadap ke hadirat al-khaliq.””” Terdapat hubungan sekaligus perbedaan pelaksanaan antara tarekat akmaliyah dengan tarekat syatariyah. tarekat al-akmaliyah untuk dirimu pribadi, sedang tarekat syatariyah untuk engkau ajarkan khalayak ramai. wajib engkau ingat-ingat bahwa apa yang disebut tarekat itu pada dasarnya memiliki hakikat tujuan yang sama, meski nama dan caranya seolah-olah berbeda. itu sebabnya , jika engkau teliti benar keberadaan semua tarekat maka akan engkau dapati jalan lurus dan cara yang mirip satu dengan yang lain. di dalam beberpa tarekat misalnya, akan engkau dapati pemaknaan inti dari hakikat istighfar, salawat, tahlil dan nafs al-haqq yang sering di pilah-pilah sebagai dzikir jahr dan dzikir sirri. semua tarekat pasti mengajarkan istighfa, salawat, tahlil dan nafs tarekat pasti mengajarkan rahasia Muhammad sebagai pintu dan kunci untuk membuka hijabnya. Ada penjelasan mengapa tidak tarekat al-akmaliyah saja yang disebar luaskan kepada khalayak ramai? bukankah hal itu lebih afdol dibanding mengajarkan tarekat asy-syatariyah?ketahuilah,o salik, bahwa tarekat al-akmaliyah sejak semula memang tidak untuk diajarkan kepada khalayak ramai. tidakkah engkau ketahui kisah syaikh abu al-mughits al-husain bin mansyur bin muhammad al-baidhawi al-hallaj yang menimbulkan kekacauan ketika mengungkapkan pandangan dan pahamnya kepada khalayak ramai? Tidakkah semua orang saat itu tidak mampu memahami ucapan-ucapanya? Tidakkah hanya kesalah pahaman yang justru ditimbulkanya?”””” Ketahuilah salik, bahwa yang menjadi dasar tarekat al-akmaliyah adalah kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, Tuhan, pencipta yang tak bisa di bayangkan dan tidak pula bisa dibandingkan dengan dasar utama dari tarekat al-akmaliyah adalah perjalanan kembali ke asal. inna li Allahi wa inna ilaihi raji’un! kembali kepada yang maha ghaib. maha kosong. maha tak engkau menjelaskan khalayak ramai tentang dia/ huwa yang tak bisa digambarkan dan dibayangkan serta takterbandingkan? bagaimana cara engkau meminta khalayajk ramai untuk mengikuti jalanmu jika engkau tak bisa menjelaskan kepada mereka tentang kenikmatan, kelezatan, keindahan, kemuliaan, dan keagungan yang bakal engkau capai? bagaimana bisa engkau menyadarkan khalayak ramai tidaklah kembali kesurga yang penuh kenikmatan dan kelezatan, melainkan kembali kepada dia yang tak bisa digambarkan??”Dengan uraian ini bukan berarti aku menempatkan tarekat al-akmaliyahsebagai tarekat yang khusus, apalagi lebih tinggi nilainya dari pada tarekat syatariyah. sekali-kali tidak demikian. sepengetahuanku, tarekat al-akmaliyah memang tidak pernah diajarkan secara terbuka, kecuali pada masa husein bin mansyur bin Muhammad al-baidhawi al-hallaj. entah jika suatu saat nanti Allah menghendaki-Nya..”””Menurut pemahaman tarekat al-akmaliyah, dalam perjalanan rohani menuju Dia pada hakikatnya terdapat empat tahapan al-insan menuju al-haqq/as-safar min kembali dari al-haqq/ as-safar fi kembali dari al-haqq menuju al-insan bersama al-haqq/as-safar min al-haqq ila al-insan bi al-insani di tengah ciptaan bersama al-haqq/safar al-insan fi al-khalq bi uraian ini, o salik, jangan sekali-kali engkau bertanya soal manfaat dan kegunaan. sebab, jelas pada paham ini bahwa barang siapa yang di dalam perjalanannya telah sampai kepada al-haqq maka dia akan kehilangan keakuannya yang kerdil dan sempit. itu berarti, dia tidak akan berbicara tentang manfaat, keuntungan, kenikmatan, kelezatan dan kemuliaan menurut akal pikiran dan hasrat hatinya. artinya, dia yang telah sampai akan berada pada tingkatan tertinggi dari kepasrahan kepada-Nya. wama tasya’uma illa an yasya-a Allahu rabbu al-alamin”” /QS al-taqwir 8129 itulah penjelasan sang guru sunan kejenar mengenai tarekat dan perjalan yang beliau capai hingga puncaknya dan juga hasil diskusi para guru yang memang benar-benar telah merasakan benar akan arti kebenaran itu sendiri. Hussein Ibn Mansyur Al Hallaj Abad ketiga hijriyah merupakan abad yang paling monumental dalam sejarah teologi dan tasawuf. Lantaran, pada abad itu cahaya Sufi benar-benar bersinar terang. Para Sufi seperti Sari as-Saqathy, Al-Harits al-Muhasiby, Ma’ruf al-Karkhy, Abul Qasim al-Junaid al-Baghdady, Sahl bin Abdullah at-Tustary, Ibrahim al-Khawwash, Al-Husain bin Manshur al-Hallaj, Abu Bakr asy-Syibly dan ratusan Sufi lainya. Di tengah pergolakan intelektual, filsafat, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul sosok agung yang dinilai sangat kontroversial oleh kalangan fuqaha’, politisi dan kalangan Islam formal ketika itu. Bahkan sebagian kaum Sufi pun ada yang kontra. Yaitu sosok Al-Husain bin Mansur Al-Hallaj. Sosok yang kelak berpengaruh dalam peradaban teosofia Islam, sekaligus menjadi watak misterius dalam sejarah Tasawuf Islam. Nama lengkapnya adalah al-Husain bin Mansur, populer dipanggil dengan Abul Mughits, berasal dari penduduk Baidha’ Persia, lalu berkembang dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As-Sulamy, Al-Hallaj pernah berguru pada Al-Junaid al-Baghdady, Abul Husain an-Nury, Amr al-Makky, Abu Bakr al-Fuwathy dan guru-guru lainnya. Walau pun ia ditolak oleh sejumlah Sufi, namun ia diterima oleh para Sufi besar lainnya seperti Abul Abbad bin Atha’, Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al-Junaid, Ibrahim Nashru Abadzy. Mereka memuji dan membenarkan Al-Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ahli hakikat. Bahkan Muhammad bin Khafif berkomentar, “Al-Husain bin Manshur adalah seorang a’lim Rabbany.” Pada akhir hayatnya yang dramatis, Al-Hallaj dibunuh oleh penguasa dzalim ketika itu, di dekat gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan Dzul Qa’dah tahun 309 H. Kelak pada perkembangannya, teori-teori Tasawuf yang diungkapkan oleh Al-Hallaj, berkembang lebih jauh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Araby, Al-Jiily, Ibnu Athaillah as-Sakandary, bahkan gurunya sendiri Al-Junaid punya Risalah semacam Surat-surat Sufi yang pandangan utuhnya sangat mirip dengan Al-Hallaj. Sayang Risalah tersebut tidak terpublikasi luas, sehingga, misalnya mazhab Sufi Al-Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj, “Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al-Hallaj.” Pandangan Al-Hallaj banyak dikafirkan oleh para Fuqaha’ yang biasanya hanya bicara soal halal dan haram. Sementara beberapa kalangan juga menilai, kesalahan Al-Hallaj, karena ia telah membuka rahasia Tuhan, yang seharusnya ditutupi. Kalimatnya yang sangat terkenal hingga saat ini, adalah “Ana al-Haq”, yang berarti, “Akulah Allah”. Tentu, pandangan demikian menjadi heboh. Apalagi jika ungkapan tersebut dipahami secara sepintas belaka, atau bahkan tidak dipahami sama sekali. Para teolog, khususnya Ibnu Taymiyah tentu mengkafirkan Al-Hallaj, dan termasuk juga mengkafirkan Ibnu Araby, dengan tuduhan keduanya adalah penganut Wahdatul Wujud atau pantheisme. Padahal dalam seluruh pandangan Al-Hallaj tak satu pun kata atau kalimat yang menggunakan Wahdatul Wujud kesatuan wujud antara hamba dengan Khaliq. Wahdatul Wujud atau yang disebut pantheisme hanyalah penafsiran keliru secara filosufis atas wacana-wacana Al-Hallaj. Bahkan yang lebih benar adalah Wahdatusy Syuhud Kesatuan Penyaksian. Sebab yang manunggal itu adalah penyaksiannya, bukan DzatNya dengan dzat pengkritik yang kontra Al-Hallaj, menurut Kiai Abdul Ghafur, Sufi kontemporer dewasa ini, melihat hakikat hanya dari luar saja. Sedangkan Al-Hallaj melihatnya dari dalam. Sebagaimana Al-Ghazali melihat sebuah bangunan dari dalam dan dari luar, lalu menjelaskan isi dan bentuk bangunan itu kepada publik, sementara Ibnu Rusydi melihat bangunan hanya bentuk luarnya saja, dan menjelaskannya kepada publik pula. Tentu jauh berbeda kesimpulan Al-Ghazali dan Ibnu Rusydi. Setidak-tidaknya ada tiga keleompk besar dari kalangan Ulama, baik fuqaha’ maupun Sufi terhadap pandangan-pandangan Al-Hallaj ini. Mereka ada yang langsung kontra dan mengkafirkan; ada pula yang secara moderat tidak berkomentar; dan ada yang langsung menerima dan mendukungnya. Salah Satu syair yg kontroversi dri Al Hallaj Aku adalah Dia yang kucinta dan Dia yang kucinta adalah aku Kami adalah dua jiwa yang bertempat dalam satu tubuh. Jika engkau lihat aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat aku Maha suci zat yang sifat kemanusiaan-Nya, membukakan rahasia cahaya ketuhanan-Nya yang gemilang. Kemudian kelihatan baginya mahluk-Nya, dengan nyata dalam bentuk manusia yang makan dan minum Jiwa-Mu disatukan dengan jiwaku, sebagaimana anggur disatukan dengan air murni. Jika sesuatu menyentuh Engkau, ia meyentuhku pula, dan ketika itu dalam tiap hal Engkau adalah aku. Aku adalah rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha Benar itu aku Aku hanya satu dari yang benar, maka bedakanlah antara kami Sebelumnya tidak mendahului-Nya, setelah tidak menyela-Nya, daripada tidak bersaing dengan Dia dalam hal keterdahuluan, dari tidak sesuai dengan Dia, ketidak menyatu dengan dia, Dia tidak mendiami Dia, kala tidak menghentikan Dia, jika tidak berunding dengan Dia, atas tidak membayangi Dia,dibawah tidak menyangga Dia, sebaliknya tidak menghadapi-Nya, dengan tidak menekan Dia, dibalik tidak mengikat Dia, didepan tidak membatasi Dia, terdahulu tidak memameri Dia, dibelakang tidak membuat Dia luruh, semua tidak menyatukan Dia, ada tidak memunculkan Dia, tidak ada tidak membuat Dia lenyap, penyembunyian tidak menyelubungi Dia, pra-eksistensi-Nya mendahului waktu, adanya Dia mendahului yang belum ada, kekalahan-Nya mendahului adanya batas. Di dalam kemuliaan tiada aku, atau Engkau atau kita, Aku, Kita, Engkau dan Dia seluruhnya menyatu Syeikh Siti Jenar Syekh Siti Jenar juga dikenal dalam banyak nama lain, antara lain Sitiburit, Lemahbang, dan Lemah Abang adalah seorang tokoh yang dianggap Sufi dan juga salah satu penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Tidak ada yang mengetahui secara pasti asal-usulnya. Di masyarakat terdapat banyak varian cerita mengenai asal-usul Syekh Siti Jenar. Sebagian umat Islam menganggapnya sesat karena ajarannya yang terkenal, yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Akan tetapi sebagian yang lain menganggap bahwa Syekh Siti Jenar adalah intelektual yang sudah mendapatkan esensi Islam itu sendiri. Ajaran – ajarannya tertuang dalam pupuh, yaitu karya sastra yang dibuatnya. Meskipun demikian, ajaran yang sangat mulia dari Syekh Siti Jenar adalah budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktek sufi Syekh Siti Jenar dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh Walisongo. Ajaran Syekh Siti Jenar yang paling kontroversial terkait dengan konsepnya tentang hidup dan mati, Tuhan dan kebebasan, serta tempat berlakunya syariat tersebut. Syekh Siti Jenar memandang bahwa kehidupan manusia di dunia ini disebut sebagai kematian. Sebaliknya, yaitu apa yang disebut umum sebagai kematian justru disebut sebagai awal dari kehidupan yang hakiki dan abadi Dan menurut ulama pada masa itu yang memahami inti ajaran Siti Jenar bahwa manusia di dunia ini tidak harus memenuhi rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, salat, puasa, zakat dan haji. Baginya, syariah itu baru berlaku sesudah manusia menjalani kehidupan paska kematian. Syekh Siti Jenar juga berpendapat bahwa Allah itu ada dalam dirinya, yaitu di dalam budi. Pemahaman inilah yang dipropagandakan oleh para ulama pada masa itu. Mirip dengan konsep Al-Hallaj tokoh sufi Islam yang dihukum mati pada awal sejarah perkembangan Islam sekitar abad ke-9 Masehi tentang Hulul yang berkaitan dengan kesamaan sifat manusia dan Tuhan. Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Bukan berarti bahwa setelah memasuki tahapan-tahapan tersebut maka tahapan dibawahnya ditiadakan. Pemahaman inilah yang kurang bisa dimengerti oleh para ulama pada masa itu tentang ilmu tasawuf yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar. Ilmu yang baru bisa dipahami setelah melewati ratusan tahun pasca wafatnya sang Syekh. Para ulama mengkhawatirkan adanya kesalahpahaman dalam menerima ajaran yang disampaikan oleh Syekh Siti Jenar kepada masyarakat awam dimana pada masa itu ajaran Islam yang harus disampaikan adalah pada tingkatan syariat’. Sedangkan ajaran Siti Jenar sudah memasuki tahap hakekat’ dan bahkan ma’rifat’kepada Allah kecintaan dan pengetahuan yang mendalam kepada ALLAH. Oleh karenanya, ajaran yang disampaikan oleh Siti Jenar hanya dapat dibendung dengan kata SESAT’. Dalam pupuhnya, Syekh Siti Jenar merasa malu apabila harus berdebat masalah agama. Alasannya sederhana, yaitu dalam agama apapun, setiap pemeluk sebenarnya menyembah zat Yang Maha Kuasa. Hanya saja masing – masing menyembah dengan menyebut nama yang berbeda – beda dan menjalankan ajaran dengan cara yang belum tentu sama. Oleh karena itu, masing – masing pemeluk tidak perlu saling berdebat untuk mendapat pengakuan bahwa agamanya yang paling benar. Syekh Siti Jenar juga mengajarkan agar seseorang dapat lebih mengutamakan prinsip ikhlas dalam menjalankan ibadah. Orang yang beribadah dengan mengharapkan surga atau pahala berarti belum bisa disebut ikhlas. Dan dalam ajarannya, Manunggaling Kawula Gusti’ adalah bahwa di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia “Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya Shaad; 71-72”>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi. Perbedaan penafsiran ayat Al Qur’an dari para murid Syekh Siti inilah yang menimbulkan polemik bahwa di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan, yaitu polemik paham Manunggaling Kawula Gusti’. Terdapat kisah yang menyebutkan bahwa ketika jenazah Siti Jenar disemayamkan di Masjid Demak, menjelang salat Isya, semerbak beribu bunga dan cahaya kilau kemilau memancar dari jenazah Siti Jenar. Jenazah Siti Jenar sendiri dikuburkan di bawah Masjid Demak oleh para wali. Pendapat lain mengatakan, ia dimakamkan di Masjid Mantingan, Jepara, dengan nama lain. Setelah tersiar kabar kematian Syekh Siti Jenar, banyak muridnya yang mengikuti jejak gurunya untuk menuju kehidupan yang hakiki. Di antaranya yang terceritakan adalah Kiai Lonthang dari Semarang Ki Kebo Kenanga dan Ki Ageng Tingkir. Hamzah Al Fansuri Namanya adalah Hamzah al-Fansuri. Berdasarkan kata fansur yang menempel pada namanya ini dapat diketahui bahwa ia berasal dari Fansur sebutan orang Arab terhadap Bandar Barus yang banyak menghasilkan kapur barus yang sekarang merupakan sebuah kota kecil di pantai barat Sumatra Utara yang terletak antara Sibolga dan Singkel Aceh. Mengenai bahwa dia berasal dari barus ini disebutnya beberapa kali dalam kitabnya “Syair Jawi”. Di bidang keilmuan Syeikh telah mempelajari penulisan risalah tasawuf atau keagamaan yang demikian sistematis dan bersifat ilmiah. Sebelum karya-karya Syeikh muncul, masyarakat muslim Melayu mempelajari masalah-masalah agama, tasawuf dan sastra melalui kitab-kitab yang ditulis di dalam bahasa Arab atau Persia. Di bidang sastra Syeikh mempelopori pula penulisan puisi-puisi filosofis dan mistis bercorak Islam, kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lan yang sezaman ataupun sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan 18 kebanyakan berada di bawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Syeikh Hamzah Fansuri. Di bidang kesusastraan pula Syeikh Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memperkenalkan syair, puisi empat baris dengan skema sajak akhir a-a-a-a syair sebagai suatu bentuk pengucapan sastra seperti halnya pantung sangat populer dan digemari oleh para penulis sampai pada abad ke-20. Namun karena ajaran dan pemahaman filosofis beliau yang menganut Thariqah Qadiriyah yang berpaham wujudiah, beliau dan pengikutnya d anggp sesat oleh Syeikh Nuruddin Ar Raniri dan slruh pngkut dan karya2’a pun banyak di bakar habis oleh sultan-sultan. Sesungguhnya k 3 ulama sufi berbeda zaman itu punya banyak persamaan, yaitu rasa kecintaan yang teramat dalam kepada sang khalik, sehingga ajaran-ajaran beliau sungguh sangat sulit untuk di mengerti oleh mansia yang tingkat spiritualnya belum terlalu tinggi, sebagaimana dalam mencari tuhan itu perlu bimbingan dan pengtahuan yang lebih, Dimana Pemahaman ketauhidan harus dilewati melalui 4 tahapan ; 1. Syariat dengan menjalankan hukum-hukum agama spt salat, zakat dll; 2. Tarekat, dengan melakukan amalan-amalan spt wirid, dzikir dalam waktu dan hitungan tertentu; 3. Hakekat, dimana hakekat dari manusia dan kesejatian hidup akan ditemukan; dan 4. Ma’rifat, kecintaan kepada Allah dengan makna seluas-luasnya. Maka k 3 ulama tersebut telah mencapai tingkat hakekat bahkan ma’rifat, sedang kan kita manusia lainnya masih dalam tingkatan yang pertama yaitu Syariat. Ttpi d blik kmatian k 3 ulma sufi trsbt trsmpn unsr2 politik, d mn Al Hallaz yg d anggap sultan dpt mracuni pmkiran2 kaum muda, pdhl ktika itu sultan mrsa sngt tkot akan gejolak2 serta tknan trhdp pmrithan’a, begitu juga dengan syeikh siti jenar yang Dalam benak khalayak ramai, Siti Jenar dikenang sebagai patron wong cilik. Garis besar kisah hidupnya menggaris bawahi keterkaitan organisnya dengan lapis terendah masyarakat. Dalam versi kisahnya yang paling tersebar luas, Siti Jenar diceritakan sebagai seekor cacing tanah yang secara ajaib berubah menjadi manusia. Pengubahan ini terjadi karena sang cacing secara kebetulan menerima pengetahuan esoteris yang mengantarnya menuju Hakikat Sejati. Sekali menjadi manusia, dia yang semula cacing ini kemudian berani untuk membuka tabir Pengetahuan Makrifat ini kepada khalayak ramai. Barangkali anggapan bahwa penyampaian pengetahuan semacam itu akan dapat mengubah martabat “cacing-cacing” yang lain adalah kecemasan elite spiritual-politik di ibu negeri Demak. Namun sesungguh’a k 3 Ulama Sufi tersebut mempunyai karomah, penuh kontroversi, bagi para pengikut mereka adalah benar, dan tidak banyak juga yang mengecam dan mengatakan mereka “kafir” Note Catatan ini tanpa ada maksud apa-apa, hanya sebagai renungan bahwa dari segi agama pun terdapat perbedaan yang sudah ada dari zaman-zaman dahulu, hanya sekarang kita sebagai insan biasa yang harus bersikap dan menanggapi secara positif agar tidak terjerumus ke lembah kekafiran dan murtad. Wallahu alam Bissawab,,, Setidaknya ada ratusan tarekat yang telah berkembang di Dunia. Tentu untuk menjelaskan kesemua tarekat tersebut tidak cukup hanya dalam satu postingan ini. Untuk itu, dalam pembahasan ini hanya mengangkat beberapa tarekat saja yang paling tidak bisa memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada kita tentang Tarekat tersebut termasuk ajaran-ajarannya. Tarekat QadiriyahQadiriiyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya yaitu Abdul al-Qadir Jailani yang terkenal dengan sebutan Syeikh Abd al-Qadir Jila al-Gawast al-Auliya. Tarekat ini menempati posisi yang amat penting dalam sejarah spritualitas Islam, karena tidak saja sebagai pelopor lahirnya organisasi tarekat, tetapi juga cikal bakal munculnya berbagai cabang tarekat di dunia. Kedati struktur organisasinya baru muncul beberapa dekade setelah SyaziiliyahPendirinya yaitu Abu al-Hasan al-Syadzili. Nama legkapnya adalah Ali ibn Abdullah bin Abd Jabbar Abu al Hasan al-syadziili. Beliau dilahirkan di desa Ghumarra. Terekat ini berkembang pesat antara lain di Tunisia, Mesir, Sudan, suriah dan semenanjung Arabiyah, masuk Indonesia khususnya di Wilayah Jawa tengah dan Jawa pemikiran pemikiran terkat al-Syaziliyah antara lain Pertama, Tidak menganjurkan kepada muridnya untuk meninggalkan profesi dunia. Pandangannya mengenai pakaian, makanan dan kendaraan, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Meninggalkannya yang berlebihan akan menimbulkan hilangnya rasa syukur, dan berlebihan dalam memanfaatkan dunia akan membawa kepada Tidak mengabaikan dalam menjalankan syariat Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi Miliuner yang kaya raya, asalkan hatinya tidak tergantung pada harta yang dimilikinya. Seorang boleh saja mencari harta, namun jangan menjadi hamba Berusaha merespon apa yang sedang mengancam kehidupan umat , berusaha menjembatani antara kekeringan spiritual yang dialami oleh banyak orang yang hanya sibuk dengan urusan ajaran tarekat Syaziliyah mudah dalam perkara ilmu dan akal. Ajaran serta latihan–latihan penyucian dirinya tidak rumit dan tidak berbelit-belit. Yang dituntut dari para pengikutnya adalah meninggalkan maksiat, harus memelihara segala yang diwajibkan oleh Allah SWT dan mengerjakan ibadah-ibadah yang disunnahkan sebatas kemampuan tanpa paksaan. Bila telah mencapai tingkat yang lebih tinggi, maka wajib melakukan zikrullah sekurang-kurangnya seribu kali dalam sehari semalam dan juga harus beristigfar sebanyak seratus kali dan membaca shalawat terhadap nabi Muhammad SAW sekurang kurangnya seratus kali sehari NaqsyabandiyahPendiri tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi. Lahir di Qashrul Arifah. Ia mendapat gelar Syah yang menunjukkan posisinya yang penting sebagai pemimpin spiritual. Ia belajar Ilmu Tarekat pada Amir Sayyid Kulal al-Bukhari. Dari sinilah ia pertama belajar tarekat. Pada dasarnya tarekat ini bersumber dari Abu Ya’qub Yusuf al-Hamdani, seorang sufi yang hidup sezaman dengan Abdul Qadir Jailani. Pusat perkembangan Tarekat Tarekat Naqsyabandiyah adalah di Asia Tengah, ke Turki, India, Mekkah termasuk ke Indonesia, melalui Jemaah Haji yang pulang ke Indonesia. Dalam perkembangannya mengalami pasang ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain Gerakan Pembaharuan dan politik. Penaklukan Makkah oleh Abd al-Aziz bin Saud berakibat besar terhambatnya perkembangan tarekat Naqsabandiyah. Karena sejak saat itu kepemimpinan di Makkah diperintah oleh kaum Wahaby yang mempunyai pandangan buruk terhadap itu tertutuplah kemungkinan untuk mengajarkan tarekat ini di Makkah bagi Jamaah haji khususnya dari Indonesia yang setiap dari generasi banyak dari mereka masuk tarekat. Tarekat Naqsabandiyah mempunyai beberapa tata cara peribadatan, teknik spiritual dan ritual tersendiri, antara lain adalah Pertama, Husy dar dam , Suatu latihan konsentrasi dimana seorang harus menjaga diri dari kehkilafan dan kealpaan ketika keluar masuk nafas, supaya hati selalu merasakan kehadiran Allah SWT .Kedua, Nazhar bar Qadam, “Menjaga langkah”. Seorang murid yang sedang menjalani khalwat suluk, bila berjalan harus menundukkan kepala , melihat kearah kaki. Dan apabila duduk, tidak memandang ke kiri atau ke kanan. Ketiga, Safar dar wathan.” Melakukan perjalan di tanah kelahirannya”. Maknanya melakukan perjalanan bathin dengan meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya sebagai manusia menuju kesadaran akan hakikatnya sebagai mahluk yang mulia. Keempat, Khalwat dari anjuman, ” Sepi di tengah keramaian”. Kelima, Yad krad, ” Ingat atau menyebut”. Berzikir terus menerus mengingat Allah, baik zikir Ism al-Dzatmenyebut nama Allahmaupun zikir naïf Itsbat Menyebut La Ilaha Illa AllahTarekat KhalwatiyahNama tersebut diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang Makassar yaitu Muhammad Yusuf bin Abdullah Abu Mahasin al-Taj al-Khalwaty al-Makassary. Sekarang terdapat dua cabang terpisah dari tarekat ini yang hadir bersama kita. Keduanya dikenal dengan nama Tarekat Khalwatiyah Yusuf dan Khalwatiyah Samman. Tarekat Khalwatiyah ini hanya menyebar dikalangan orang Makassar dan sedikit orang bugis. Para khalifah yang diangkat terdiri dari orang Makassar sehingga secara etnis tarekat ini dikaitkan dengan suku tersebut. Beliau yang pertama kali menyebarkan tarekat ini ke Indonesia. Guru beliau Syaikh Abu al- Baraqah Ayyub al-Kahlwati al-Quraisy bergelar ” Taj al- Khalwaty” sehingga namanya menjadi Syaikh Yusuf Taj al-Khalwaty. Al-Makassary dibaiat menjadi penganut Tarekat Khalwatiyah di Damaskus Ada indikasi bahwa tarekat yang dijarkan merupakan penggabungan dari beberapa tarekat yang pernah ia pelajari, walaupun Tarekat Khalwatiyah tetap yang paling dasar ajaran Tarekat khalwatiyah adalah Pertama, Yaqza maksudnya kesadaran akan dirinya sebagai makhluk yang hina di hadapan Allah SWT. Yang maha Agung. Kedua, Taubah Mohon ampun atas segala dosa. Ketiga, Muhasabah, menghitung-hitung atao introspeksi diri. Keempat, Inabah, berhasrat kembali kepada Allah. Kelima, Tafakkur Merenung tentang kebesaran Allah. Keenam, I’tisam selalu bertindak sebagai Khalifah Allah di bumi. Ketujuh, Firar Lari dari kehidupan jahat dan keduniawian yang tidak berguna. Kedelapan, Riyadah melatih diri dengan beramal sebanyak-banyaknya. Kesembilan, Tasyakur, selalu bersyukur kepada Allah dengan mengabdi dan memujinya. Kesepuluh, Sima’ mengkonsentrasikan seluruh anggota tubuh dan mengikuti perintah-perintah Allah terutama SyattariyahPendirinya tarekat Syaikh Abd Allah al-Syathary. Jika ditelusuri lebih awal lagi tarekat ini sesunggguhnya memiliki akar keterkaitan dengan tradisi Transoxiana, karena silsilahnya terhubungkan kepada Abu Yazid al-Isyqi, yang terhubungkan lagi kepada Abu yazid al- Bustami dan Imam Ja’far Shadiq. Tidak mengherankan kemudian jika tarekat ini dikenal dengan nama Tarekat Isyqiyyah di Iran, atau Tarekat Bistamiyah di Turki Utsmani. Sekitar abad ke lima cukup popular di Wilayah Asia Tengah, sebelum akhirnya memudar dan pengaruhnya digantikan oleh Tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir dalam ajarannya. Para pengikut tarekat ini mencapai tujuan-tujuan mistik melalui kehidupan asketisme atau zuhud. Untuk menjalaninya seseorang terlebih dahulu harus mencapai kesempurnaan pada tingkat akhyar orang yang terpilih dan Abrar orang yang terbaik.Ada sepuluh aturan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tarekat Syattariyah ini, Sebagaimana yang di kutip dalam Ensiklopedi Islam yaitu Tobat, Zuhud, Tawakkal, Qanaah, Uzlah, Muraqabah, Sabar, Ridha, Dzikir dan Musyaahadah menyaksikan Keindahan, kebesaran dan kemuliaan AllahSWT Dzikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu Kesatu, Menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan keagungan-Nya, Kedua, menyebut nama-nama Allah SWT yang berhubungan dengan Keindahan-Nya, Ketiga, menyebut nama-nama Allah SWT yang merupakan gabungan dari kedua sifat SammaniyahDidirikan oleh Muhammad bin Abdul Karim al-Madani al-Syafi’i al-samman, lahir di Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan muridnya ia lebih di kenal dengan nama al-Sammany atau Muhammad Samman. Beliau banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan tinggal di rumah bersejarah milik Abu Bakar – guru beliau Muhammad Hayyat seorang muhaddits di Haramain sebagai penganut tarekat Naqsyabandiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab, seorang penentang bid’ah dan praktik-praktik syirik serta pendiri Wahabiyah. Muhammad Sulaiman Al-Qurdi, Abu Thahir Al-Qur ani, Abdul Allah Al-Basri, dan Mustafa bin Kamal Al-Din Al-Bakri. Mustafa bin kamal Al-Din al-Bakri Mustafa Al-Bakri adalah guru bidang tasauf dan tauhid dan merupakan Syaikh Tarekat Khalwatiyah yang menetap di Madinah. Samman membuka cabang tarekat belajar tarekat Khalwatiyah, Naqshabandiyah, Qadiriyah, Syadziliyah. Dengan masuk menjadi murid tarekat Qadiriyah ia dikenal dengan nama Muhammad Bin Abdul Karim Al-Qadiri Al-Samman dalam perjalanan belajarnya itu ternyata tarekat Naqsabandiyah juga banyak mempengaruhinya, sementara itu tarekat Syadziliyah juga dipelajari oleh Samman sebagai Tarekat yang mewakili tradisi tasauf Maghribi. Dari beberapa ajaran tarekat yang dipelajarinya, Samman akhirnya meracik tarekat tersebut, termasuk memadukan tekhnik-tekhnik zikir, bacaan bacaan, dan ajaran mistis lainnya, sehingga menjadi satu nama tarekat yaitu tarekat SammaniyahTarekat Sammaniyah ini juga berkembang di Nusantara, menurut keterangan dari Snouck Haugronje selama tinggal di Aceh, ia menyaksikan tarekat ini telah dipakai oleh masyarakat setempat. selain itu Tarekat ini juga banyak berkembang di daerah lain terutama di Sulawesi selatan. Dan menurut keterangan Sri Muliyati bahwa dapat dipastikan bahwa di daerah Sulawesi Selatanlah Tarekat Sammaniyah yang terbanyak pengikutnya hingga pokok yang terdapat tarekat ini adalah Tawassul, Memohon berkah kepada pihak-pihak tertentu yang dijaadikan wasilahperantara agar maksud bisa tercapai. Obyek tawasul tarekat ini adalah Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, asma-asma Allah, para Auliya, para ulama Fiqih, para ahli Tarekat, para ahli Makrifat, kedua orang tuaWahdat al-Wujud, merupakan tujuan akhir yang mau di capai oleh para sufi dalam wujud merupakan tahapan dimana ia menyatu dengan hakikat alam yaitu Hakikat Muhammad atau nur MuhammadNur Muhammad . Nur Muhammad merupakan salah satu rahasia Allah yang kemudian diberinya maqam. Nur Muhammad adalah pangkal terbentuknya alam semesta dan dari wujudnya terbentuk segala makhlukInsan Kamil, dari segi syariat Wujud Insan kamil adalah Muhammad dan sedang dari segi hakekat adalah Nur Muhammad atau hakekat Muhammad, Orang Islam yang berminat menuju Tuhan sampai bertemu sampai bertemu denganya harus melewati koridor ini yaitu mengikuti jejak langkah TijaniyahDidirkan oleh syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, lahir di Ain Madi, Aljazair Selatan, dan meninggal di Fez, Maroko. Syaikh Ahmad Tijani diyakini sebagai wali agung yang memiliki derajat tertinggi, dan memiliki banyak keramat, menurut pengakuannya, Ahmad Tijani memiliki Nasab sampai kepada Nabi Muhammad . Silsilah dan garis nasabnya adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Salim bin al-Idl bin salim bin Ahmad bin Ishaq bin Zain al Abidin bin Ahmad bin Abi Thalib, dari garis sitti Fatimah al-Zahra binti Muhammad Rasulullah SAW. Ahmad Tijani lahir dan di besarkan dalam lingkungan tradisi keluarga yang taat beragama. Beliau memperdalam ilmu kepada para wali besar di berbagai Negara seperti Tunis, Mesir, Makkah, Medinah, Maroko. Kunjungan itu untuk mecari ilmu-ilmu kewalian secara lebih luas, sehingga ia berhasil mencapai derajat kewalian yang sangat tinggi. Selanjutnya tarekat ini berkembang di Negara Afrika seperti Sinegal, Mauritania, Guinea, Nigeria, dan Gambia, bahkan sampai ke luar Afrika termasuk Saudi Arabia dan Tijaniah masuk ke Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi ada fenomena yang menunjukkan gerakan awal Tarekat Tijaniyah yaitu Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib dan adanya pengajaran Tarekat Tijaniyah di Pesantren Buntet Cirebon. Kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib tidak diketahui secara pasti tahunnya. Menurut penjelasan GF. Pijper dalam buku Fragmenta Islamica Beberapa tentang Studi tentang Islam di Indonesia abad 20 sebagaimana yang di kutip oleh Sri Muliyati bahwa Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib datang pertama kali ke Indonesia, saat menyebarkan Tarekat Tijaniyah ini di kehadiran Syaikh Ali bin Abd Allah al-Thayyib ke pulau Jawa, maka Tarekat Tijaniyah ini diperkirakan datang ke Indonesia pada awal abad ke 20 M. namun menurut Pijper, sebelum tahun 1928 Tarekat Tijaniyah belum mempunyai pengikut di pulau jawa. Pijper menjelaskan bawha Cirebon merupakan tempat pertama diketahui adanya gerakan tarekat Tijaniyah. Pada bulan Maret 1928 pemerintah Kolonial mendapat laporan bahwa ada gerakan keagamaan yang dibawa oleh guru agama Kiyai yag membawa ajaran Tarekat baru yaitu Cirebon ini kemudian menyebar secara luas ke daerah-daerah di pulau Jawa melalui murid-murid pesantren Buntet ini. Perkembanga tarekat ini pada akhirnya bukan hanya dari pesantren Buntet di Cirebon tetapi juga dari luar Cirebon. Seperti Tasikmalaya, Brebes dan Ciamis. Selanjutnya Mengenai ajaran ajaran Tarekat ini, pada dasarnya hampir sama dengan tarekat-tarekat yang telah berkembang sebelumnya pendekatan kepada Allah melalui Dzikir. Ajaran Tarekat ini cukup sederhana , yaitu perlu adanya perantara wasilah antar manusia dan Tuhan .Perantara itu adalah dirinya sendiri dan para pengganti/wakil/naibnya. Pengikut-pengikutnya dilarang keras mengikuti guru-guru lain yang manapun , bahkan ia dilarang pula untuk memohon kepada wali dimanapun selain diriya. Secara umum amalan zikir wirid dalam Tarekat Tijaniyah terdiri dari tiga unsur pokok yaitu, Istigfar, Shalawat, dan Hailalah. Inti ajaran zikir dalam Tarekat Tijaniyah adalah sebagai upaya mengosongkan jiwa dari sifat-sifat lupa terhadap Allah dan mengisinya secara terus menerus dengan menghadirkan jiwa kepada Allah SWT melalui zikir terhadap zat, sifat-sifat, hukum-hukum dan perbuatan tersebut mencakup dua bentuk, yaitu zikir bil al-Lisan dan zikir bi al-Qalb. Adapun bentuk amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis yaitu, Wirid Wajibah dan wirid Ikhtiyaariyah, Wirid Wajibah yakni wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid Tijaniyah, tidak boleh tidak dan menjadi ukuran sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Ikhtiyariyah yakni Wirid yang tidak mempunyai ketentuan kewajiban untuk mengamalkannya, dan tidak menjadi ukuran syarat sah atau tidaknya menjadi murid Tijaniyah. Wirid Wajibah ini terbagi lagi menjadi tiga yaitu 1Wirid Lazimah, 2Wirid Wadzifah, 3Wirid Qadiriyah wa NaqsabandiyahTarekat ini adalah merupakan tarekat gabungan dari tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah TQN. Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah yang terdapat di Indonesia bukanlah hanya merupakan suatu penggabungan dari dua tarekat yang berbeda yang diamalkan bersama-sama. Tarekat ini lebih merupakan sebuah tarekat yang baru dan berdiri yang di dalamnya unsur-unsur pilihan dari Qadiriyah dan juga Naqsyabandiyah telah dipadukan menjadi sesuatu yang baru. Tarekat ini didirikan oleh OrangIndonesia Asli yaitu Ahmad Khatib Ibn al-Ghaffar Sambas, yang bermukim dan mengajar di Makkah pada pertengahan abad kesembilan dilihat dari perkembangannya Tarekat ini bisa juga disebut “Tarekat Sambasiyah” Tapi Nampaknya Syaikh al-Khatib tidak menamakan tarekatnya dengan namanya sendiri. berbeda dengan guru-gurunya yang lain yang memberikan nama tarekatnya sesuai dengan nama pengembangnya. Sebagaimana kebiasaan ulama-ulama sebelumnya untuk memperdalam ilmu agama, kiranya mereka berangkat ke Makkah untuk memperdalam ilmu yang mereka pula halnya dengan Ahmad Khatib, ia berangkat ke Makkah untuk belajar Ilmu-ilmu Islam termasuk tasawuf dan mencapai posisi yang sangat di hargai diantara teman-temannya dan kemudian menjadi seorang tokoh yang berpengaruh di seluruh Indonesia. Diantara gurunya adalah Syaikh Daud bin Abd Allah bin Idris al Fatani, Syaikh Muhammad Shalih Rays, selain itu ia juga banyak mengikuti dan menghadiri kuliah-kuliah yang diberikan oleh Syaikh Bishry al-Jabaty, Sayyid ahmad al-Marzuki, Sayyid abd Allah ibn Muhammad al- di singgung sebelumnya bahwa tarekat ini mengambil dua nama tarekat yang telah berkembang sebelumnya yaitu Qadiriyah dan Naqsabandiyah. Tarekat Qadariyah sendiri dibangun oleh Abd Qadir Jilai yang mengacu pada tradisi Mazhab Iraqy yang dikembangkan oleh al-Junaid, sedangkan Tarekat Naqsyabandiyah dibangun oleh Muhammad bin Muhammad Bah al-Din al-Uwaisi al-Bukhari Naqsyabandi yang didasarkan kepada tradisi al-Khurasany yang dipelopori oleh al-Bisthami. Di samping itu keduanya juga mempunyai cara-cara yang berbeda terutama dalam menerapkan cara dan teknik lebih mengutamakan pada penggunaan cara-cara zikir keras dan jelas dzikr Jahr , dalam menyebutkan Nafy dan Itsbath, yakni Kalimat La Ilaaha Illa Allah. Sementara Naqsyabandiyah lebih suka memilih dzikir dengan cara yang lembut dan samar Dzikr Khafy, pada pelafalan Ism al-Dzat,Yakni Allah-Allah-Allah. Tarekat ini mengajarkan tiga syarat yang harus dipenuhi orang yang sedang berjalan menuju Allah, yaitu zikir diam dalam mengingat , merasa selalu diawasi oleh Allah di dalam hatinya dan pengabdian kepada dzikir yang telah diformulasikan oleh Syaikh Ahmad Khatib pada Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah dalam bentuk Nafyi wa Itsbat atau dengan Ism al-Dza, merupaka satu bentuk bimbingan praktis yang didorong dan didasari ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga Thariqah, jalan spritualnya diformulasikan sedemikian rupa sehingga berzikir mengingat Allah menjadi lebih efektif, mudah dirasakan dan diresapkan dalam hati orang yang melakukannya, baik dalam bentuk dzikir Jahr maupun dalam bentuk Sirr. Secara rinci Syaikh Ahmad Khatib merumuskan cara-cara meresapi zikir kepada Allah agar sampai pada tingkat hakikat atau kesempurnaan, yaituPertama, Salik hendaklah berkonsentrasi dan membersihkan hatinya dari segala cela sehingga dalam hati dan fikirannya tidak ada sesuatu pun selain Zat Allah, Kemudian meminta limpahan karunia dan kasih sayangnya serta pengenalan yang sempurna melalui perantaraan Mursyid Syaikh.Kadua ketika mengucapkan lafal-lafal dzikir terutama Nafyi wa Itsbat La Ilaaha Illa Allah, hendaknya salik menarik gerakan melalui suatu trayek dibadannya, dari pusat perut sampai ke otak kepalanya. Kemudian ditarik kearah bahu kanan dan dari sana dipukulkan dengan keras ke kepala juga ikut bergerak sesuai dengan trayek zikir. Dari bawah ke atas ditarik kata "La" dengan ukuran tujuh mad, kemudian kata ilaha ditarik ke bahu kanan dengan ukuran yang sama dan akhirnya kata "illallah" dipukulkan ke jantung dengan ukuran yang lebih lama sekitar tiga mad. Dan yang ketiga dengan memusatkan zikir pada titik-titik halus Lathaif dalam anggota halus semacam Lathifah al-Qalb terletak di bawah susu kiri berukuran dua jari. Lathifah ar-Ruh terletak di bawah susu kanan berukuran dua jari. Lathifah as-Sirr terletak bertepatan dengan susu kiri berukuran dua jari. Lathifah al-Khafy letaknya bertepatan dengan susu kanan berukuran dua jari. Lathifah al-akhfa letaknya di tengah dada dan Lathifah an-Nafs letaknya dalam dahi dan seluruh kepala. Seadangkan unsur unsur yang empat Anashir al-Arbaah adalah seluruh anggota badan harus merasakan zikir dan merasakan hakikatnya. Maka di sinilah seluruh anggota badan dituntut untuk menyempurnakan dan melengkapi dalam membantu gerak zikir Lathaif tadi. 9 ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah terdiri dari istighfar, shalawat Nabi, dzikir, wasilah dan rabithah, wirid, adab, hizib, zuhud, uzlah dan KH Aziz Masyhuri, ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah dijelaskan sebagai berikutIstighfar. Maksud dari istighfar adalah memohon ampun kepada Allah dari segala dosa yang telah dilakukan seseorang. Esensi istighfar adalah tobat dan kembali kepada Allah, kembali dari hal-hal yang tercela menuju hal-hal yang Nabi. Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW dimaksudkan untuk memohon rahmat dan karunia bagi Nabi SAW; agar pembacanya juga mendapatkan balasan limpahan rahmat dari Allah Dzikir adalah perintah Allah pertama kali yang diwahyukan melalui malaikat Jibril kepada Muhammad, ketika ia menyepi khalwat di gua Hira’. Dzikir yang diamalakan ahli tarekat Syadziliyah adalah dzikir nafi itsbat yang berbunyi “la ilaha illa Allah”; dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyiduna Muhammad Rasulullah SAW”; dan diamalkan pula dzikir ism dzat yang dengan mengucap dzikir nafi itsbat yang dibunyikan secara perlahan dan dibaca panjang; dengan mengingat maknanya yaitu tiada dzat yang dituju kecuali hanyalah Allah; dibaca sebanyak tiga kali, dan diakhiri dengan mengucapkan “Sayyidina Muhammad Rasulullah SAW”. Kemudian diteruskan dzikir nafi itsbat tersebut sebanyak seratus dan Rabithah. Dalam tradisi tarekat Syadziliyah, orang-orang yang dipandang paling dekat dengan Allah adalah Nabi Muhammad SAW, kemudian disusul para nabi lain, al-khulafa’ al-rasyidun, tabi’in, tabi’ al-tabi’in, dan masyayikh atau para mursyid. Diantara bentuk-bentuk tawassul yang diajarkan dan biasa dilakukan pada tarekat Syadziliyah adalah; membaca surat al-fatihah yang ditujukan kepada arwah suci arwah al-muqaddasah dari Nabi Muhammad saw; sampai mursyid yang mengajar atau menalqin dzikir. Adapun rabithah yang dipraktekkan dalam tarekat Syadziliyah adalah dengan menyebut ism dzat, yaitu lafadz “Allah, Allah” dalam Adapun wirid yang dianjurkan adalah penggalan ayat al-Qur’a surat atTaubah/9 128-129 dan wirid ayat Kursi yang dibaca minimal 11 kali setelah shalat fardlu. Dan wirid-wirid lain, yang antara murid yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda sesuai dengan kebijaksanaan etika murid Adab murid dapat dikategorikan ke dalam empat hal, yaitu adab murid kepada Allah, adab murid kepada mursyidnya, adab murid kepada dirinya sendiri dan adab murid kepada ikhwan dan sesam Hizib yang diajarkan tarekat Syadziliyah jumlahnya cukup banyak, dan setiap murid tidak menerima hizib yang sama, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi ruhaniyah murid sendiri dan kebijaksanaan mursyid. Adapun hizib-hizib tersebut antara lain hizib al-Asyfa’, hizib al-Aafi atau al-Autad, hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, atau al-Birhatiyah, hizib al-Barr, hizib an-Nasr, hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan hizib al-Kahfi. Hizib-hizib tersebut tidak boleh diamalkan oleh semua orang, kecuali telah mendapat izin atau ijazah dari mursyid atau seorang murid yang ditunjuk mursyid untuk Pada hakikatnya, zuhud adalah mengosongkan hati dari selain Tuhan. Mengamalkan tarekat tidak harus meninggalkan kepentingan duniawi secara dan Suluk Uzlah adalah mengasingkan diri dari pergaulan masyarakat atau khalayak ramai, untuk menghindarkan diri dari godaan-godaan yang dapat mengotori jiwa, seperti menggunjing, mengadu domba, bertengkar, dan memikirkan keduniaan. Dalam pandangan Syadziliyah, untuk mengamalkan thoriqot seorang murid tidak harus mengasingkan diri uzlah dan meninggalkan kehidupan duniawi al-zuhud secara membabi buta. Suluk adalah suatu perjalanan menuju Tuhan yang dilakukan dengan berdiam diri di pondok atau zawiyah. Suluk di pondok pesulukan dalam tradisi tarekat Syadziliyah dipahami sebagai pelatihan diri training centre untuk membiasakan diri dan menguasai kata hatinya agar senantiasa mampu mengingat dan berdzikir kepada Allah, dalam keadaan bagaimana, kapan, dan jugaThoriqoh Annaqsyabadiyah Alkholidiyah, Mursyid dan SilsilahnyaAjaran Shalat Sunah dan Puasa Sunah Tarekat Syattariyah Selain 9 ajaran dan amalan dalam tarekat Syadziliyah di atas, menurut H. Purwanto Bukhori, ada 2 pokok dasar ajaran tarekat Syadziliyah yaitu1. Taqwa kepada Allah SWT lahir batin, yaitu secara konsisten istiqomah, sabar, dan tabah dalam menjalankan segala perintah Allah SWT serta menjauhi semua larangan-laranganNya dengan berperilaku waro’ berhati-hati terhadap semua yang haram, makruh, maupun syubhat, baik ketika sendiri maupun pada saat dihadapan orang lain;2. Mengikuti sunah-sunah Rasullulah SAW dalam ucapan dan perbuatan; yaitu dengan cara selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk senantiasa berucap dan beramal seperti yang telah dicontohkan Rasullulah SAW; serta selalu waspada agar senantiasa menjalankan budi pekerti luhur akhlaqul karimah.Ikuti berita NU Cilacap Online NUCOM di Google News, jangan lupa untuk follow Penulis & Editor NU Cilacap Online NUCOM Situs Islam Aswaja Nahdlatul Ulama NU, menghadirkan aktivitas berita informasi kegiatan Nahdlatul Ulama Cilacap -termasuk Lembaga dan Badan Otonom NU- secara Online. Terima kasih atas kunjungan Anda semuanya. Silahkan datang kembali. Back to top button Facebook-f Twitter Github Bitbucket

amalan zikir tarekat akmaliyah